Bermula dari ketidaksengajaan melihat pengumuman tes JLPT bulan Desember, saya pun menantang diri saya untuk mengikuti ujian tersebut.
Jujur saja, saya sedang tidak mengikuti kursus bahasa apapun saat ini. Hanya dilandasi kesukaan pada bahasa Jepang, saya ingin mengetahui seberapa parahnya bahasa Jepang saya 😀
Saya memang senang menonton anime Jepang dulu. Pernah punya cita-cita untuk sekolah atau hidup di Jepang juga. Tapi semua sempat tertunda karena yang Maha Kuasa berkehendak lain. Saya malah memiliki kemampuan bahasa lain, yaitu bahasa Korea. Ketika belajar bahasa Korea, saya sadar kalau saya itu memang hobi, dan ada ketertarikan untuk mempelajari banyak bahasa. Bayangkan saja, saya sudah pernah belajar bahasa Prancis sewaktu SMA, bahasa Arab dikala ikut TPA, sewaktu kecil pun saya bisa banyak bahasa daerah: sunda, minang, medan, jawa. Karena saya hidupnya memang suka berpindah-pindah.
Oke, cukup basa basinya. Intinya, saya nekat untuk ikut JLPT tanpa pengetahuan bahasanya itu sendiri. Jarak dari hari pendaftaran ke hari ujian adalah 3 bulan. Saya percaya diri bisa belajar sendiri setiap hari setelah pulang kerja. Agar tidak terlalu berat, saya memutuskan ikut ujian yang levelnya paling rendah, yaitu N5. Saya beli buku panduannya dalam bahasa Korea haha. Belajar bahasa Jepang dengan bahasa pengantar bahasa Korea itu menarik, dan lebih mudah daripada menggunakan bahasa Inggris atau Indonesia.
Minggu awal-awal, semangat masih ada. Semua berjalan lancar. Namun, tiba-tiba saja semua berubah setelah negara api menyerang. Tiba-tiba jam pulang kantor berubah menjadi pulang lebih malam. Setiap akhir pekan pun sudah tak mungkin belajar, karena ada saja kegiatan lain. Hari biasa apalagi, sudah tak bertenaga ketika sampai di rumah. Sampai akhirnya, hari ujian kurang 1 minggu lagi. Saya niat untuk mencoba mempelajarinya lagi, setidaknya latian soal saja. Wah, lagi-lagi yang Maha Kuasa berkata lain. Saya sakit tipes, dan butuh waktu seminggu untuk mengembalikan akal sehat saya. Bahkan saya nyaris tidak ikut ujian pada hari H. Tapi saya bersyukur masih ada sisa-sisa tekad dalam diri ini yang mendorong paksa badan saya ke lokasi ujian.
Saya mendapat bagian ikut ujian di SMAN 81 Jakarta. Tempatnya cukup terpencil, masuk-masuk gang. Padahal ini dulu masuk SMA favorit di Jakarta loh T.T Ga tau deh sekarang. Anyway, tanpa persiapan matang, saya berangkat. Bahkan nyaris lupa membawa alat tulis dan sebagainya. Baiklah, mari kita bahas apa yang berbeda dengan ujian bahasa Korea (TOPIK) yang sering saya ikuti.
- Lokasi
JLPT yang saya ikuti kebanyakan lokasinya di SMA SMA daerah sekitar. Kalau TOPIK biasanya di Universitas Korea, atau sekolah internasional Korea. - Harga
Harga ujian JLPT jauh lebih terjangkau daripada harga ujian TOPIK. - Level
JLPT punya 5 level (N1-N5), sedangkan TOPIK hanya ada 2 level, namun hasilnya ada 6 level. Topik I (level 1-2), Topik II (level 3-6). Menurut saya lebih fleksibel pelevelan ujian seperti TOPIK. Karena peserta tidak usah bingung mau ambil level berapa. Justru dengan ikut ujian, jadi tahu kemampuan levelnya. Jujur saja, saya sakit kepala waktu memilih ikut N5 atau N4. Dua level ini untuk pemula, tidak memiliki perbedaan berarti, mungkin ada tambahan kanji dan kosakata yang lebih banyak. Biasanya orang yang sudah menempuh pendidikan bahasa jepang lebih lama, akan langsung ambil N4. - Alat Tulis
JLPT menganjurkan peserta menyiapkan peralatan tulis sendiri, seperti pensil 2B. Sedangkan TOPIK sudah menggunakan spidol komputer, dan disediakan oleh panitia. Jadi ga usah pusing. Kalau saya bunderin, tinggal tipex saja. Sewaktu ujian, saya sempat salah jawab, namun saya tidak bawa penghapus. Jadi ya sudah, ikhlaskan saja 🙂 - Waktu Ujian
JLPT mulai pukul 10, namun 9.30 sudah diharapkan duduk diruangan. Sedangkan TOPIK, dibagi 2 sesi, untuk TOPIK I, kalau tidak salah sesi pagi, sedangkan TOPIK II ujiannya siang. Jujur saja, kemarin agak jengkel, karena pengawas datangnya telat. Sampai ada peserta yang menyeletuk “Ini ujiannya jadi ga sih”. Ya wajar saja dia begitu, bayangkan ujian mulai pukul 10.00. 09:45 juga belum datang pengawasnya @@ Sewaktu saya ikut TOPIK, semuanya tepat waktu. - Tata Tertib Ujian
Saya ga paham jujur saja. Jadi kemarin, ketika peserta ingin ke toilet, peraturan mengharuskan didampingi oleh pengawas. Lhaaa, kenapaa? takut berbuat curang? Masih jaman ya? Emang budaya kita kayak gitu, jadinya gampang dicurigai. Tas hanya diletakkan disisi kiri bangku, lalu HP hanya minta disimpan saja dalam tas. Tidak terlalu strict untuk bagian ini. Kalau TOPIK, ada tas khusus untuk nyimpan HP para peserta, sesuai nomor kursinya. Hebat lah. Tas pun dikumpul didepan kelas. Jadi selama ujian beneran ga bisa main HP.
Terlepas dari hasilnya, saya sudah pasrah, saya bersyukur bisa ikut ujian kemarin. Kemarin adalah ujian JLPT pertama saya. Jujur saja, ujian ini cukup menarik. Semoga selanjutnya bisa lebih persiapan lagi. 😀